Ada yang kesal ditanya tentang mendaftar CPNS. Namun tak sedikit yang merasa termotivasi. Mungkin sebagian kecil pun ada yang meragu. Dan fenomena pertanyaan "Kamu ga daftar CPNS?" seolah menjadi pengganti:

"Kamu kapan nikah?", atau

"Kamu jalan-jalan kemana? Jangan lupa oleh-olehnya."

Pertanyaan-pertanyaan yang dimaklumi secara komunal. Namun membebani secara personal. Pertanyaan yang dianggap menjadi bagian budaya. Tetapi menjadi ancaman batin bagi beberapa.

Lalu, mengapa muncul pertanyaan kenapa tidak daftar CPNS? Ada apa dengan CPNS? Sebegitu dominankah nuansa CPNS daripada pekerjaan lain?

Pertama, mengapa pertanyaan mendaftar CPNS menjadi tren? Setidaknya untuk beberapa bulan ke depan. Karena memang sedang dibuka pendaftaran online CPNS melalui web resmi. Semua orang dengan syarat dan kriteria yang memenuhi dapat mendaftar.

Dulu, konon kabarnya tren pembukaan CPNS penuh misteri. Menjawab tes CPNS kabarnya hanya cukup menjawab pertanyaan 70-100 saja. Atau bahasa sandinya pendaftar harus membayar 70-100 juta kepada oknum pejabat atau calo. Dan akan ada 'jalur khusus' bagi anak, kerabat dan orang dekat pejabat di satu daerah.

Kini, mitos tadi dilenyapkan. Transparansi untuk penerimaan CPNS bisa dirasakan. Maka tak heran gempita mendaftar CPNS menggema di telinga dan hati kita. Terutama fresh graduate, pegawai honor, dan orang yang mencari penghidupan yang lebih layak.

Kedua, ada apa dengan CPNS atau istilah kekiniannya ASN? Menurut kabar berita, menjadi PNS/ASN bukan sekadar bekerja. Menjadi PNS adalah mencintai dan membangun negri. PNS adalah profesi yang kental dengan nasionalisme hakiki.

Tetapi, walau kadang realitas tidak sepatriotik seperti dalam fikiran kita. PNS kadang menjadi ajang kerja yang tak banyak dituntut deadline/projek. Menjadi PNS pun mengamankan masa tua dengan uang pensiun.

Dan entah masa ada atau tidak, SK pengangkatan PNS bisa digadai untuk tambah-tambah modal usaha. Walau tidak semua PNS demikian. Namun desas desus dan desis realitas PNS yang berbuat demikian masih terdengar.

Dan ketiga, menjadi CPNS adalah the Indonesian Dream. Cita-cita bangsa kita adalah menjadi bangsa yang kuat SDA dan SDM. Tidak bisa diingkari SDA kita berlimpah dari ujung barat sampai timur. Namun kita begitu terseok dan tersia jika menyangkut kualitas manusianya.

Dan kiranya sudah menjadi sebuah keyakinan bersama sejak jaman perjuangan dulu. Mengabdi menjadi PNS adalah cita-cita luhur bangsa dalam membangun manusia Indonesia.

Walau pada realitanya, dengan kedok pengabdian banyak oknum PNS mengerdilkan negri ini. Dari mulai malas melayani keperluan masyarakat. Sampai pada kenyataan membuat proyek untuk menghabiskan anggaran semata. Lagi, saya yakin tidak semua PNS seperti ini.

Dan akumulasinya, dinamika oksimoron predikat PNS ini melekat. Menjadi PNS adalah profesi love and love tragedy. Banyak orang yang begitu nyinyir dengan profesi ini. Tapi banyak pula yang mendambakan berseragam PNS. Dan sebagian kecil kadang berkhianat dari rasa benci menjadi suka pada profesi ini.

Kiranya beberapa pemaknaan mengenai profesi CPNS tadi menjawab judul artikel ini. Karena mindset kita tersita pada kesan nasionalis profesi CPNS. Maka menjadi bagian darinya adalah cita-cita luhur menjadi bangsa Indonesia. Transparasi pendaftarannya pun, kini kian membuat profesi ini bersinar.

Segala tragedi benci-rindu pada profesi PNS tak lain membuat kita menggemakan pertanyaan "Kamu ga daftar CPNS?"


Sumber: Kompasiana (Giri Lumakto)