PITER MANUK

Hari ini, 28 April 2018, bapak Piter Manuk (Sinun Petrus Manuk) merujuk ulang tahun.Saya merasa tersentuh untuk membuat narasi tentangnya.Sebuah narasi yang saya coba rangkaikan dari informasi yang saya peroleh yang sebagian besar belum saya pengungkit.Hanya saya yakin bahwa apa yang dikatakan orang itu bermanfaat.

Mengapa narasi ini saya perlu tulis untuk diketahui Yayasan Koker dan SMARD?Saya harus akui bahwa berdirinya SMARD tidak lepas dari pribadi ini.

Saat Desember 2016 diutus KOKER untuk siapkan pendirian SMK olahraga (rencana awal mau dirikan SMK Olahraga) Agenda penting adalah harus bertemu penjabat bupati.Saya dengar nama pa penjabat bupati: Sinun Petrus Manuk, tetapi belum mengenalnya secara pribadi.Pernah sekai ketemu di bandara Soetta dalam rangka persiapkan emas SMP lerek.Tapi tidak lebih dari itu.Mungkin dia ingat sedikit bahwa saya puteranya bapa Pius Kedang, saudara dari Ibu Katarina, tetapi informasi tidak lebih darii tu.

Kali ini harus ketemu tetapi belum tahu kapan.Tiba2 minggu pagi ada telepon pa Wilem Lojor.kami ketemu di rujab bupati pada minggu pagi.Luar biasa kesempatan.Di tengah kesibukan hari Minggu yang seharusnya untuk keluarga, pak Piter masih sempatkan diri untuk bertemu dengannya di ruab.

Di Sana lebih dekat saya kenal lebih dekat:“Gone Gur Wadan ne aneken.Go ka uta herani ”.(Saya anak Guru Wadan, saya makan kacang besar (beracun). Setelah basa-basi, kami sodorkan satu bundelan dokumen tentang pendirian sekolah.

Sambil membolak-balik dokumen persiapan sekolah, terlihat Piter angguk.Katanya:“dokumen selengkap ini saya baru lihat.”Dia juga memberikan apresiasi bahwa pada saat itu, Yayasan Koker melatih 98 guru secara gratis di SDI Wakomo 1 (22/12/16) tentang membaca dan menulis.

Yang Piter (demikian sapaannya) lebih tanggap ketika mendengar tentang visi SMARD yang ABCDE (menjadi lembaga pendidikan yang menghasilkan Atlit, Berprestasi, Cerdas, Dijiwai, Enterprenurship).

DRS. Sinun Petrus Manuk bersama Istri DRA. Maria Patricia Sumarni

Tidak hanya itu. Piter punya ide kreatif bahwa saat tinju yang dihadiri Chris John, di atas panggung itu akan ditandatangani pendirian Sekolah Keberbakatan Olahraga.Sebuah ide kreatif yang cepat ditindaklanjuti dengan menyusun skenario. Piter juga bilang:“Ama, buat saja rekomendasi tinggal saya 'wegor'” ungkapan kesediaan surat seperti orang Lerek menggoreng (wegor) jagung sebelum dititi.Sebuah promosi gratis dan menarik terutama saatnya tiba, pa Penjabat persetujuan persetujuan di atas ketua Yayasan.Secara simbolis dan pemasaran, luar biasa.

Proses dan 'surprise' belum selesai.Setelah pengurusan dokumen, kini pendirian sekolah harus lebih lanjut di propinsi.Kita harus 'menganggap' dengan Kadis Pendidikan NTT.Kini SMA / SMK berada di bawa Dinas Pendidikan Propinsi.Artinya kita harus mengalahkan dengan Kadis.

Tapi Tuhan punya rencana dan barangkali hanya terjadi dengan SMARD.Yang jadi Kadis adalah Penjabat Bupati Lembata.Artinya, penjabat pelajaran sekolah ke Dinas Pendidikan yang adalah 'dia sendiri'.Luar biasa.Dalam waktu singkat, SMARD berdiri tegap, dengan penyerahan Surat Izin Operasional.

Anak Nakal dan 'Tipu Oreng'

Siapa itu Piter Manuk? 

Dari pertemuan itu saya coba mendalami beberapa kisah lepas.Saat pulang kampung, saya tanya lebih jauh tentang siapa itu 'Piter Manuk', anak yang bagi banyak orang Lerek cukup rajin beri makan ternak, senang main bola dari kulit pisang (bal muk tawan).

Tentang Piter, saya dapat bocoran bahwa dia punya teman kelas saat SD yakni: Berta Levi, Lemi Moses, Gone Raja, guru Moses almarhum .Saya lalu coba hitung mundur.Kalau pa Moses alm teman kelasnya, maka bisa saya runtut ke belakang.Saat baru tamat SPG, pak Moses sempat ngajar kami di kelas 6 tahun 1980.(Saya ingat alm Moses Bala mengajar UKS tentang bentuk-bentuk WC, ada yang bebek, bentuk U) .Sebuah pelajaran yang menarik karena di kampung tidak ada WC.Ketika ada persediaan segera lari ke kandang bagi.

tu berarti pa Moses dan pa Piter tamat SD sekitar tahun 1973 atau 1974 di SDK Lerek.(Saat itu, saya masih 6 tahun, belum masuk SDK Lerek karena guru Anis Balgeta memiliki standar yang terukur berdasarkan aplikasi siswa telinga kiri dengan tangan kanan).

Kembali ke topik.Diperkirakan sekitar tahun 1970-1974, seorang anak berperawakan biasa berkulit putih, gendut, buncit, pendek, sudah pakai celana rider dan baju benlone, asal Bunga Muda asal Ile Ape bersekolah di SDK Lerek.

Bagaimana mungkin ya, anak 'kecil' yang belum komuni pertama itu harus 'merantau' jauh dari kampung halamannya?Bisa ya?Mengapa orang tua begitu 'tega' biarkan anaknya pergi dengan 'orang asing' yang tidak ada hubungan keluarga dengannya?Kisahnya panjang, kata pa Maksi Laga Watun. Tahun 1970, pa Maksi iseng-iseng jalan-jalan (bersepeda) ke Lamawara (sekarang Bunga Muda).Kampung yang sempat dilewati Pa Maksi saat ini masih berlaku saat Guru Wadan mengajar di sana.

Di sana ia bertemu dengan mantan kepala Desa, bapa Payong (ilhami pak Piter Manuk).Di antara banyak pembicaraan, bapak Payong mengeluhkan tentang 'si anak nakal' Piter. Bapa Payong (kini hampir berumur 100 tahun) tampak 'nyerah' mendidik Piter oleh kenakalannya yang 'sudah keterlaluan'.


Pemberian izin KO SMARD, Lewoleba 2017

Di Lerek kenakalan Piter tidak berubah.Hal yang paling tidak dilupakan oleh pa Maksi adalah saat Piter menyobek foto ijazahnya.Saat melihat ijazah itu, tidak ada pikiran selain Piter dan ternyata memang dialah pelakunya dan segera Piter diberi 'pelajaran khusus' sebagai luapan emosi.

Tidak tahu apa yang muncul di dalam pikiran si nakal itu.Apakah dia tidak pikir bahwa itu adalah sebuah ijazah yang diperoleh melalui pengorbanan yang luar biasa?

Tetapi dpikir, 'si nakal' itu barangkali sedang membuat ironi atas banyak orang yang terlalu sembah ijazah.Malah begitu banyak orang yang cari gelar dan titel dan tidak mementingkan apa di balik ijazah itu.Bagi Piter, Ijazah itu hanyalah 'kertas biasa', seperti kertas lainnya yang bisa disobek.Yang paling penting adlaah kemahiran dan kompetensi yang ada dalam pribadi.

Sebuah ironi yang tidak berlebihan karena 'si penyobek ijazah' itu bisa jadi Kadis Pendidikan NTT.Sebuah kenakalan yang susah diterapkan dengan baik bagi orang tua maupun orang yang mengitarinya.

Ada keanehan (kelebihan) lain yang dimiliki Manuk.Di Lerek, kampun yang terkenal dengan tuak kelapanya, Piter tidak sia-sia kesempatan untuk ikut mengiris.Malah seperti para bapak lainnya yang suka 'bernyanyi' (oreng, oha) di atas pohon, Piter pun tidak ketinggalan.Bahkan dengan umurnya yang baru 10 tahun, ia bisa membawakan oreng di atas pohon tuak.

Banyak orang yang suka mendengarkan bagaimana si kecil nakal itu 'bernanyi'.Banyak orang kagum.Tetapi ketika pengalaman masa kecil coba diungkit kembali, kata Piter begini: “Dulu saya tipu-tipu saja, karena orang Lerek tidak tahu bahasa Lamaholot yang dalam” .Perkembangan apakah 'tipu atau tidak', tetapi di usia yang begitu dini, seorang anak SD sudah berani 'bernyanyi bebas' di kampung yang bukan kampungnya.

Tentang Piter, kenakalan tidak saja menjadi ciri khasnya.Semangat kerja, rajin, suka main bola dari kulit pisang, merupakan keunggulan lain.Bagi orang Lerek, Piter sangat rajin bekerja dan jago masak.Apapun yang pasti dikerjakan.

Dia juga suka berpetualang.Selama 4 tahun di Lerek, Piter sudah keliling ke Lamanuna, Dunir, Tobilolong.Kalau soal Atawolo, sudah jadi 'makanannya' karena bapa guru Wadan saat itu di Atawolo.Ia harus pergi Lerek Atawolo, salah satu teman perjalanannya pa Bernardus Boli Rebong yang waktu itu sedang mengenyam pendidikan di SMP Tanjung Kelapa Lerek.

“Kaka….”

Cerita tentang Piter yang nakal tapi rajin menjadi cerita lepas yang tidak habis.Saat meninggalkan kampung halamannya, ia masih 'ingusan' dan belum 'sambut baru'.Harusnya orangtua 'mendidiknya' dan baru lahir setelah sedikit matang.Tetapi di kecil petualang ini tahu bahwa dunia harus lebih luas dari hubungan yang ia bisa lihat dan rasakan.

Orang tua (bapa Payong) pun merasa sangat berterimakasih karena pa Maksi bisa membawa anaknya dan mendidiknya.Buktinya saat komuni pertama, rombongan dari Ile Ape hadir lengkap dengan babi besar yang dimuat melalui perahu melewati Balauring sampai Waiteba.Semuanya hanya ingin mengucap terimakasi kepada orang yang bisa mendidik 'si anak nakal' itu.

Orang Lerek harus turun berkelompok memikul babi besar hanya untuk bersyukur bahwa banyak orang yang bisa ambil bagian dalam mendidik anaknya.Sebuah syukur yang tidak berhenti di situ.Meski setelah tamat, Piter lanjutkan SMPnya di tempat lain (Balauring?), Tetapi saat melanjutkan ke SPG Kemasyarakatan Lewoleba, ternyata Piter bertemu lagi dengan pa Maxi Laga Watun dan menginap di rumah adat.

Mendengar itu, Pa Maksi pun 'iseng-iseng' ajak Piter agar ikut ke Lerek dan ternyata 'si perut buncit' itu mengiyakan, dan jadilah Piter ke Lerek. 


mengundang syukuran Wisuda pada tahun 1988 atau 1989, tetapi tidak ada kabar sampai terjadi suatu hari di tahun 2006. Saat itu dalam sebuah penataran KBK di Hotel Inaboy Kupang, pa Maksi Laga terkejut.

Di deretan pembicara, ada Piter Manuk.Pa Meda (calon gubernur saat itu) memperkenalkan Piter Manuk yang bersamanya.Sontak pa Maksi Laga terkejut.pa Maksi pun tidak kehilangan ide.Saat sesi tanya jawab, pa Maksi angkat tangan memperkenalkan diri berasal dari SMP Tanjung Kelapa Lerek.Mendengar itu, dari mulut Piter langsung keluar ucapan:“Kaka”… Sebuah kata yang mengingatkan kembali semua pengalaman dengan si nakal.

Sapaan 'kaka' juga mengungkapkan diri Manuk yang sebenarnya.Dengan segala pengalaman masa lalu ia tidak lupakan kacang yang lupa kulit.Ia selalu ingat orang yang telah mengambil bagian dalam hidupnya termasuk kampung yang membekas dalam dirinya.Piter juga ingat akan hadiah yang pernah ia terima entah 'benlone', celana rider yang ia terima sebagai hadiah.Baginya, sekecil apapun hadiah yang diterima, itu semua telah menjadi bagian dalam hidupnya.

Pramuka hingga Kadis

Salah satu keunggulan si Piter yang nakal adalah Pramuka.Pramuka telah menulis pandai bergaul dan berorganisasi hal itu ditunjukkan terutama saat di SPG.Ketika kuliah, semangat berorganisasi terus ditingkatkan.Jadilah sarjana Bimbingan dan Konseling itu memiliki relasi yang luas dengan semua golongan.Hal inilah yang membuatnya maju langkah demi langkah.

Si guru BK ini menjadikan pramuka sebagai tempat melatih diri.Itulah yang membedakannya sebagai seorang guru yang perlahan-lahan dilirik untuk mendukung jabatan struktural, sebuah prestasi.Dari yang awalnya di Dinas Kota, kemudian garis nasib mengantarnya hingga menjadi Kepala Dinas Sosial.


Gereja Lerek

Kisah tentang Pramuka kemudian berimbas kepada berkah untuk SMP Tanjung Kelapa / SMP Negeri 2 Atadei waktu itu.Melalui Piter, SMP 'kebagian' 1 mobil penuh peralatan pramuka, mulai dari tenda, semaphore, dan peralatan lainnya.Piter hanya ingin membagi pengalamannya bahwa pramuka bukan sebuah kegiatan yang dipaksakan tetapi dapat menjadi tangga yang memungkinkan seseorang meniti karir lebih jauh, hal mana dalam pengalaman hidupnya.

Piter tidak berhenti di jabatan di tingkat kabupaten / kota.Keramahan bergaul, kerendahan hati, semangat kerjasama, suka membantu, telah menjadi modal agar pimpinan memberikan jawaban Kepala Dinas Sosial propinsi NTT. Luar biasa.Di saat salah, kampung halaman yang telah membesarkannya, mendapatkan 'berkah'.

Saat candi gereja Lerek yang masih dalam proses penyelesaian nyaris berhenti karena tidak ada dana, muncullah Piter.Saat itu ada dana kesejahteraan dan Lerek menjadi salah satu dari 6 desa yang menerima dana tersebut untuk pergi candi.Menurut pa Maksi Laga, saat itu dana yang melihat Lerek adalah Rp 50.000.000, tetapi ketika melihat gambaran penyelesaian candi, Piter klaim bahwa akan mengupayakan agar Lerek menerima Rp 125.000.000, dan terwujud.

Yang menarik dari dana kesra, 5 desa penerima dana ditentukan oleh di tingkat Kabupaten, sementara Lerek langsung 'diputuskan' dari Kadis Sosial Propinsi.Banyak orang heran dan menanyakan kenapa sampai begitu.Maksi Laga, di 'pengasuh anak nakal' hanya bilang 'saya tidak tahu'.Sebuah kata yang hanya bisa dijawab dalam kenangan oleh Piter.

Sebuah kebanggan dan ucapan terimakasih yang luar biasa.Saat ke Lerek menyerahkan sumbangan itu, Piter diterima bak anak hilang yang telah kembali.Anak deretan berbaris dan berpakaian pramuka.Teman-teman-menyambut juga menyambutnya, sambil mengenang tentang masa kecilnya. Piter berbisik ke orang di sampingnya:“Ina, ini sesuai bahkan melebihi Bupati le”…Sebuah ungkapan gembira karena Piter dan istri disarungi, sebagai ungkapan menerima kembali si anak nakal ke lembah yang dingin itu.

Kisah belum cukup.Saat peresmian dana sosial 6 desa di kabupaten Lembata, Lerek terpilih.Tak kurang, gubernur NTT Frans Lebu Raya harus turun tangan.Oleh kenangan masa kecil Piter, Lerek terpilih menjadi tempat peresmian sosial tersebut.

Lerek sebuah kampung kecil, untuk pertama kali kedatangan pejabat seperti gubernur.Lerek khususnya pastoran berubah sekejab jadi tempat istirahat gubernur yang dalam kondisi sederhana (meski pastoran).Pak Gubernur yang menginap dalam kesederhanaan tidak tinggal diam.Dua bulan kemudian masuk meja kursi, spring bed, sofa, lemari untuk pastoran.

Berkah tidak selesai di situ.Pembukaan SEKOLAH KEBERBAKATAN OLAHRAGA SAN BERNARDINO merupakan rangkaian sama.SKO SMARD dengan pendiri putera-puteri dari Lerek ini harus 'bersatu' kembali dalam seorang pribadi, Piter Manuk, yang memberikan rekomendasi sebagai penjabat bupati dan juga Kadis Pendidkan NTT.


Pertemuan Dengan Penjabat Bupati di Banda Soetta, Konsultasi Emas SMP Lerek, 2015

Ide Gila

Kisah Piter yang nakal, petualang, rajin memasak, rajin menyanyi “oreng ', adalah sebuah inspirasi tentang pendidikan.Kita sadar bahwa kerap, pendidikan kita tidak mampu mengelola 'anak nakal' seperti Piter Manuk. dIa punya potensi tetapi sistem kita masih terbatas dengan hal-hal umum (mainstream).

Kerap ia 'berontak' dan 'berulah' dan kita mencapnya: 'nakal'.Ia nakal karena potensinya tidak bisa ditampung oleh 'sekolah biasa'.

Banyak anak dicap 'bodoh', 'rakus', bukan karena memang demikian tetapi karena tidak ada lembaga pendidikan yang dapat memahaminya.Di sinilah kita terpanah pada 'insting' seorang Maksi Laga Watun yang bisa menangkap bahwa di balik 'anak nakal' pasti ada potensi luar biasa.

Pengalaman ini menunjukkan bahwa SMARD harus mampu menjadi sekolah yang keluar dari 'jalur umum' yang menawarkan pendidikan dengan cara lain.Pendidikan yang mengandalkan kemampuan, memungkinkan anak dapat mengukur semaksimal mungkin.Alokasi 22 jam olahraga merupakan bukti nyata tentang bagaimana organisasi dan organisasi dapat menjadi jalan mencapai kesuksesan.

Terpikir, bagaimana melalui kegiatan pramuka, outbond, SMARD dapat mendukung baik guru maupun siswa dapat hidup.Dewasa ini banyak orang bergerak untuk melaksanakan pelatihan dan pendampingan muda dengan permainan, gerak, senam, dan lain-lain yang dapat membantu seseorang tidak saja bergerak tetapi juga dapat menjadikan olahraga sebagai sarana pergaulan.

Peluang inilah yang selalu ada di dalam benak SMARD.Potensi guru-guru muda merupakan sebuah peluang.Kreativitas dan keinginan untuk berprestasi menjadi dasar yang kuat agar ide-ide itu bisa hadir dan diwujudkan di SMARD, semuanya dalam rangka gerak yang menjadi pintu menuju kepada pembelaajran (gerakan adalah pintu untuk belajar).

Pendidikan yang mengakomodir gerak ini telah mengantar Finlandia sebagai negara terdepan dalam pendidikan di dunia hal mana saya baca dalam buku TEACH LIKE FINLAND, MENGAJAR SEPERTI DI FINLANDIA.mereka kombinasikan secara tepat GERAK DAN BELAJAR.Anak tidak bisa dipenjarakan dan hanya duduk sopan.

Singkatnya, pendidikan perlu mengakomodir ide-ide gila, tempat di mana potensi anak bisa dikembangkan.SMARD hadir membawa tawaran bahwa di sini semua kecerdasan diberi ruang.Akhirnya, Selamat Ulang Tahun Bapak Sinun Petrus Manuk.

Penulis : Robert25868 (https://bertoamigo.wordpress.com/koran-umum/undercover/narasi-si-anak-nakal-piter-manuk/)